Penalaran Induktif Induksi / induktif adalah suatu proses berpikir yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan
(inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi
atas fenomena-fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan
dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke penalaran induktif,
maka proses penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir yang ilmiah.
Namun induksi sendiri tak akan banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh
proses penalaran deduktif. Pengertian fenomena-fenomena individual sebagai
landasan penalaran induktif harus diartikan pertama-tama sebagai data-data
maupun sebagai pernyataan-pernyataan, yang tentunya bersifatf aktual pula.
Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu
memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum
teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat
sentara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu
penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.
Contoh penalaran induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang
biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan.
Ada 3 jenis
penalaran induksi, yaitu :
1.
Generalisasi
Generalisasi
adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomenal individual
untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua
fenomena. Generalisasi juga dapat dikatakan sebagai pernyataan yang berlaku
umum untuk semua atau sebagian besar gejala, yang dimulai dengan peristiwa –
peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum.
Contoh :
Bila seorang berkata bahwa mobil adalah semacam kendaraan pengangkut, maka
pengertian mobil dan kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi juga.
Dari bermacam – macam tipe kendaraan dengan ciri – ciri tertentu ia mendapatkan
sebuah gagasan mengenai mobil, sedangkan dan bermacam – macam alat untuk
mengangkut sesuatu lahirlah abstraksi yang lebih tinggi ( = generalisasi lagi )
mengenai kendaraan pengangkut.
Generalisasi
dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang bukan
loncatan induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-45)
- Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif
(Generalisasi tidak sempurna)
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang
diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk
menyerang kembali.
Misalnya, untuk menyelidiki penyakit yang sering diderita oleh orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan sample untuk menyimpulkannya.
Misalnya, untuk menyelidiki penyakit yang sering diderita oleh orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan sample untuk menyimpulkannya.
Contoh :
Hampir seluruh orang di Indonesia menderita sakit magh.
Generalisasi yang
tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur
pengujian yang benar.
Prosedur
pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
- Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
- Sampel harus bervariasi.
- Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
- Generalisasi Dengan Loncatan Induktif
(Generalisasi sempurna)
Dalam loncatan induktif suatu fenomena belum mencerminkan seluruh faktayang ada. Fakta-fakta tersebut yang digunakan dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampauikemungkinan yang diberikan oleh ebidensi itu.
2. Analogi
Analogi yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.
Analogi yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.
Tujuan Analogi:
- Meramalkan kesamaan
- Menyingkap kekeliruan
- Menyusun sebuah klasifikasi
Contoh :
Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena
banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya
yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti Bumi. Temperaturnya hampir sama
dengan Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari
menyebabkan pula timbulanya musim seperti di Bumi. Jika di Bumi ada makhluk.
Tidaklah mungkin ada mahluk hidup di planet Mars.
3. Kausal
Kausal adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya , merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Kausal adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya , merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Contoh :
Pada
kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Tujuan Kausal
Tujuan kausal
terdapat dalam Hubungan Kausal Dapat berlangsung dalam tiga pola
- Sebab ke akibat
- Akibat ke sebab
Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat
menuju sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat.
- Akibat ke akibat
Dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan
kedua akibat.
Contoh :
Pada sabtu sore terjadi badai salju, akibatnya
jalanan ditutup karena dipenuhi oleh salju.